Minggu, 31 Oktober 2010

TERBELENGU

Bintang bersenda dalam ranum rembulan
Awan hiasi tidur panjang sang pembawa sinar
Dedaunan rindang dalam gelap pandangan
Anak Burung pun hanya terdiam dan berbisik
Akankan turun hujan. . . .?
Sang induk burung menjawab dengan lantang
Tak akan ada hujan jika kau sumbat mulutmu dengan kertas milyaran
Tak kan ada hujan jika kau tutup matamu dengan emas batangan
Tak kan ada hujan jika ku sodorkan kertas bertulis naik jabatan
Tak kan pula hujan jika ku sodorkan daun muda bertelanjang dada
Anak burung pun hanya terdiam dan berbisik
Akankan tempatku aman. . .?
Sang induk burung menjawab dengan lantang
Tak kan ada tempat aman jika kau tak berkata ia
Tak kan ada tempat aman jika kau berteriak mundur
Tak kan ada tempat aman jika kau berteriak busuk.
Anak burung pun hanya terdiam dan tak mampu lagi berbisik.

MALAMKU ADALAH ANGAN

Malamku adalah angan
Jiwaku tersemai
Dalam ranum rembulan
Mataku terbelalak
Melihat kunang-kunang
Beterbangan
Embun di mataku
Tak sangup aku tahan
Melihat hujan membasahi
Luka yang memerah
Darah segar mengalir
Dari goresan di hati yang terkulai
Aku hanya sebatang kayu
rapuh tak bertuah
menatap indah mimpi yang goyah
bertepuk di atas batu
menuai di pohon rindang
menulis di kertas buram
mengecap angin di lahan luas
oh . . . Tuhanku
semaikan aku dalam pelukMu
ajarkan aku menatap sayu
biarkan aku berjalan dalam terangMu