Selasa, 16 November 2010

BENAKNYA TERTUTUP REMBULAN

Di gelap malam ini hatinya merintih tersedu
Bersandar awan kelabu bersimpuh pilu
Merajam jiwanya, meraung pandanganya
Raut mukanya layu bagai daun gugur dari tangkai
Gelak tawanya telah tiada
Dia teringat peristiwa dua tahun lalu
Setelah membaca sepotong tulisan yang telah terbayar
Sinar rembulanya telah berpaling dari mukanya
Padahal sinar rembulan itu adalah cahaya dari kehidupanya
Dia telah korbankan semua yang ada dalam kehidupanya
Untuk sang rembulan
Tapi dia tidak tau apa yang di lakukan sang rembulan
Ketika dia sedang terpaku dalam mimpi
Hatinya bagai tertusuk kayu beracun
Setelah mengetahui sang rembulan mencari tempat untuk bersinar
Setelah sekian lama dia setia dalam hatinya
Dalam jiwanya bertanya
Apa rembulan telah bosan dengan diriku ?
Yang kian hari kian usam
Tanpa ada masa depan
Dia bekerja hanya untuk sang rembulan
Karna dia hanya sebatang kara setelah dia memilih sang rembulan untuk menjadi sinarnya
Singasananya pun dia tingalkan hanya untuk meraih sang rembulan
Tahta telah habis terjual bahkan harga dirinya rela di injak rembulan
Kini dia hanya bisa menangis pilu dalam sepi
Meradu senja dalam nurani
Impian bersanding dengan sang rembulan telah berangsur pupus
Hanya satu pilihan hidupnya
Berpisah dengan sang rembulan berarti MATI