Kamis, 17 Februari 2011

Ketidak berdayaan cinta tanpa singasana

Bias sinar rembulan di malam itu
Membawaku dalam lamunan yang kelabu
Ingin aku bersandar pada rembulan itu
Tapi tidak akan mungkin terjadi
Karna aku sedang dalam kubangan lumpur yang pekat
Sampai mata kakiku tak bisa melihat indahnya malam itu
Kakiku terjerat jerami yang telah busuk
Mungkin esok hari sudah menjadi pupuk bagi tanaman yang ada di sekitarnya
Aku hanya bisa diam ketika cacing-cacing mengelitik di dasar telapak kakiku
Hatiku niris tanpa arti yang pasti
Tak sadar embun di mataku telah mencair, menetes mencari bayangmu
Tuhan . . . .!
Aku tak sangup lagi berteriak lantang
Aku tak sangup lagi bersiul merdu
Aku tak sangup lagi bercerita tentang sekawanan gembala
Aku tak sangup lagi bermimpi dalam tidurku
Sekarang . . . .!
Aku hanya angan
Aku hanya lamunan
Aku hanya impian
Dan aku hanya hayalan yang tiada nyata
Aku hanya berhayal dalam mimpi
Dan aku bermimpi dalam hayalan
Cerita indah hanya kedustaan
Cerita lucu hanya pengobat pilu
Aku ingin terbang ke awan bersama malaikat-malaikat penjaga alam
Syair-syairku kini hanya bercerita tentang
Kekejaman cinta
Keangkuhan hati
Kemunafikan diri
Dan ketidakberdayaan cinta tanpa singasana

Rabu, 16 Februari 2011

AKU MENCINTAIMU SAMPAI AKHIR HAYATKU

Beranda di sore itu, menabur kemesraan dalam bayang kelabu, meraup mimpi dalam angan yang sayu. Aku bersama kawanan pengembala mengapai angan yang tiada kenyataan, aku mencintaimu sayang dari segala asa dan naluriku, menyatu dalam angan malamku, disini aku menanti kepastian yank aku tunggu, akankah ia kembali seperti dulu lagi? Nafasku terhela menelan ludah pun tak terasa, bagai simfoni di siang hari yang layu ditejang genangan angan yang terkulai, hembusan nafasku yang kian hari kian tersedu tiada kabar berita darinya sang tujuan hati, anganku merenda reda untuk menerima dengan lapang dada, tapi dadaku sesakan tiada ruang kosong untuk berfikir kedepan.
Sayang setega itukah dirimu padaku? Aku menyayangimu dari segala penjuru naluriku, aku tau itu mungkin bukan pilihan hatimu, tapi aku juga tau cintamu kepadaku tak sebesar cintaku padamu, ikuti kata hatimu janganlah kau menjadi anak yang menentang orang tua seperti halnya aku yang telah mendurhakai orang tuaku hanya demi rasa cintaku kepadamu, meskipun hatimu bagai gugusan gunung berapi yang suatu saat akan memuntahkan lahar panasnya ke mukaku.
Singasanamu tak mungkin ku gapai walau semua upaya yang telah aku lakukan untukmu, siulku tak lagi bisa bergema karena senyummu telah sirna dari pandanganku, tawaku hanya layu terunduk dalam benam kerinduanku padamu. Aku hanya ingin kau tau bahwa aku mencintaimu sampai akhir hayatku.

Senin, 14 Februari 2011

SEJAK KAU TIADA

Tak kumiliki lagi yang sepertimu
Tuk kedua kali ..
Tiada harapan lagi sejak kau tiada
Tinggalkan aku ..
Apakah mungkin harapan mati yang kuharapkan
Sejak kau pergi . .
Apakah mungkin
Semua t’lah berakhir ..
Tak pernah terlupakan
Indah raut wajahmu ..
Tak akan mampu hilang
Cinta tulus darimu ..
Sejak kau tiada ..
Menutup kenangan antara kita
Tak mungkin ada harapan lagi
Kau tak tergantikan ..
Sejak kau tiada
Menutup kenangan antara kita ..

MIMPIKU TERSIRAP DALAM KETIDAKPASTIAN

Senja itu merajut sebuah harapan hampa dalam angan, hatiku tersayat pisau bermata dua, manisnya lidah tak semanis hatinya. Aku berpantun dalam sepi, menyanyi dalam perihnya hati ini, membisu dalam lekuk pilunya jiwa, tawaku hanya celoteh tangis dari kegundahan hati. Mungkin air mataku telah kering oleh kobaran api dalam hati, untuk kembali tiada mungkin lagi, berpisah itu kata kunci. Lalu kemana aku harus pergi? Semuanya telah sirna hanya dalam sekejap pandangan mata, pengorbananku telah cukup untuknya, tanganku kini telah ringkih tak berotot. Jiwaku lemah tak bergairah, aku memendam sebuah jeritan yang sangat dalam, menghibur diri hanya dengan mimpi yang sunyi di gelapnya hari
Aku telah korbankan masa depanku hanya demi seorang yang aku sayangi, tapi kini pengorbanan itu seakan tiada arti. Gundah gulana meraja dalam jiwaku yang sunyi tanpa pelita di setiap sisi. Indah di pandang tak se indah dirasakan.
Wahai mimpiku menjauhlah kau dari benakku aku tak pantas untuk kau hingapi, aku tak kan sanggup untuk mengejarmu, derajat kita terlalu jauh berbeda. Biarlah aku melangkah tanpa arah yang pasti. Mataku telah terbuka dan aku tak mau bermimpi lagi.